kadang hanya mampu disampaikan hujan di pelupuk mata, tanpa bisa berkata-kata. .........
Kesalahan itu tidak mutlak milikmu. Ada aku yang memiliki separuhnya. Karena aku lupa mengingatkanmu, lupa menuntunmu.
Seharusnya aku tidak membiarkanmu melalui lorong gelap itu sendirian. Seharusnya aku meraih tanganmu, lalu membawamu ke jalan terang yang kulalui ini. Seharusnya aku tidak lengah... Seharusnya.. Dan seharusnya...
Di minggu siang yang panas, kami berniat
meninggalkan Kota Pendidikan plus Kota Wisata Yogyakarta. Kami berdua berangkat
menuju Stasiun Tugu dengan bus Trans Jogja yang full AC plus full
passengers. Gak kebagian tempat duduk, jadi terpaksa berdiri, deh.
Sebelum pulang, kami berniat untuk mengunjungi
Nenek kami di Solo (meski hanya saudara seiman, tidak sekandung, kami memiliki
nenek yang sama loh). Maklum, lama tak bertemu membuat kami rindu dengan nenek
kami yang akhir-akhir ini tengah berjibaku dengan tesisnya. (Klik DI SINI untuk
mengetahui siapa nenek kami yang sebenarnya). Sudah di klik? Bagus..! Sudah
tahu, belum? Nenek masih cantik, kan? Hehehe..
Siapa sih yang gak tahu Yogyakarta?
Daerah Istimewa di Republik Indonesia yang menawarkan banyak tempat wisata. Surganya
para pelancong, katanya sih begitu. Coba saja dihitung, mulai dari Borobudur,
Prambanan, Malioboro, Bringharjo, Keraton, Parangtritis, waaaahhh...banyak beuuudh.
#ekspresi alay.
Seperti yang saya ceritakan di Part 1 tadi
bahwasanya saya tuh pengeeen banget keliling Djogjakarta (cita-cita mulai SMP).
Dan akhirnya sekarang kesampean. Yeeeee....#bersorak sambil lompat-lompat. Yaah..meskipun
batal ke Prambanan dan hanya menyusuri Malioboro, sih.
Kami memutuskan
untuk menyewa sepeda motor di rental terdekat. Dengan Rp. 32.000 saja, kami
sudah bisa mendapatkan satu unit sepeda motor dengan masa sewa 12 jam.
Lumayan..daripada naik angkot. Hari itu kami berencana untuk searching
ruangan yang akan digunakan untuk ujian besok. Dengan ditemani kakak kelas yang
baik hati, kami pun diantar sekaligus keliling-keliling kampus.
Pukul 07.30 WIB kami memasuki lingkungan
kampus UGM. Dan, waw..saya terpesona dengan kemegahannya. Tidak hanya megah,
tetapi juga luas (sedikit membandingkan dengan kampus saya dulu, yang hanya
megah tetapi tidak luas, hehehe). Jangan tanyakan akreditasinya, sudah pasti A.
Tidak heran jika kampus ini meraih peringkat pertama dalam Indonesian
Webomatric’s Rank. Entah berapa jumlah profesor yang dimiliki, tetapi jelas
lebih banyak dari yang UNESA miliki. Saya iri dengan calon kampusmu, teman..
Saya akan sangat bahagia jika orang geje sepertimu diterima di sana. Ah, biar anak
saya saja lah yang sekolah di sana besok-besok. Hahaha..
Ada yang berbeda dengan hari kamis di minggu
pertama Desember kemarin. Saya bangun lebih awal dan mandi lebih pagi. Dengan penuh
semangat saya menge-pack barang-barang ke dalam ransel yang akan saya bawa selama bepergian. Ya, hari itu saya
akan berangkat ke Kota Yogyakarta, kawan.. Satu tempat yang benar-benar ingin saya
kunjungi sejak dahulu. Kepergian saya ke sana bukan semata-mata untuk
berwisata, loh, melainkan untuk kepentingan sosial (baca: menemani teman yang
hendak mengikuti ujian masuk pascasarjana). Sahabat, eh, teman tergeje saya
itu meminta saya untuk menemaninya, katanya
sih, biar ada temannya kalau nyasar. Kasihan juga dia, mukanya juga melas
begitu, pikir saya. Saya lalu mengiyakan, dan bersedia menemaninya dengan
segala resiko yang ada (bolos kuliah dan kehabisan uang jajan bulan ini, red.).
I'm still alive but I'm barely breathing Just praying to a god that I don't believe in Cos I got time while he got freedom Cos when a heart breaks no it don't break even
His best days was some of my worst He finally met a girl whose gonna put him first While I'm wide awake he's no trouble sleeping Cos when a heart breaks no it don't break even
Teringat, pada belasan tahun silam. Ketika bermain menjadi hal yang paling menyenangkan di dunia,dunia kanak-kanaksaya.Setiap hari sepulang sekolah saya tidak pernah absen bermain. Bermain apa saja. Mulai dari berbagi jenis olahraga seperti kasti, sepak bola, dan voli. Hingga gundu, petak umpet, gobak sodor, memanjat pohon, bermain layang-layangdan berbagai jenis pemainanyang terkadang terlalu macho bagi seorang anak perempuan seperti saya.Kulit saya hitam mengilat.Bagaimana tidak? jika sahabat paling setia bagi saya adalah matahari terik siang hari?
Air merupakan barang mewah dan mandi merupakan aktivitas yang paling didamba jika kamu berdomisili di kota sepanas Surabaya. Hmm...setiap kali gerah bawaannya pasti ingin mandi.Tetapi tidak semudah itu jika kamu tinggal di pondok pesantren seperti saya. Kamu harus mengantri berjam-jam hingga benar-benar masuk ke dalam kamar mandi. Secara, hanya tersedia 7 kamar mandi untuk seratus orang penghuni. Ckckckck...keren kan?
Ada banyak tempat di Indonesia yang ingin saya kunjungi. Berjalan-jalan sembari menikmati kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini. Melepaskan rutinitas sehari-hari yang terkadang menjemukan. Hmm..pasti menyenangkan. Berikut ini beberapa tempat yang masuk dalam list of travelling saya.
1. Borobudur
Candi yang terletak di kawasan Yogyakarta ini adalah salah satu tempat yang puuuualing ingin saya kunjungi. Mengapa? Karena saya teramat penasaran dengan wujud magis si Borobudur. Saya heran sendiri, setiap kali ada acara refreshing di sekolah atau di kampus, gak pernah tuh merencanakan untuk mengunjungi tempat idaman saya ini. Kalau pun ada yang usul, pasti gak jadi karena kalah suara dalam voting. Huuuft..jadilah saya ngidam sampai saat ini.
Seharian
tadi saya ngadem di perpustakaan pascasarjana yang full AC. Selain
mencari ‘masalah’ untuk bakal tesis, saya juga baca berita dan jurnal online
di sana. Lumayan, wifi gratisnya lebih banter daripada di ma’had. Hehehe..
Sembari buka plus updatefacebook juga sih. Saking betahnya, saya
sampai gak sadar kalau perpustakaannya mau tutup. Hihihi..
Sepulang
dari sana, dan sesampainya di ma’had, saya bergegas menuju Lantai Tertinggi,
teringat jemuran yang belum diangkat. Saya berjalan dengan santai sambil
menyanyikan Separuh Aku-nya NOAH di dalam hati. Tapi tiba-tiba saja alunan lagu
itu berhenti, digantikan oleh genderang keterkejutan. Drundung...drunduuuung..!
Lho? Pakaian saya pada kemana ya? Saya mempercepat langkah menuju lokasi penjemuran.
Lho? Kok gak ada? Lho..lho??!! Sejurus kemudian..DIIIIIIEEEEENNNGGG..!!
Oh, My Allah..baju-baju saya terbang ke atap rumah oraaaaang (untung masih
rumahnya orang, bukan rumah macan).
Ini adalah hari ketiga saya berhijrah ke ma’had.
Alhamdulillah, teman-teman di sini lebih sosialis dari pada tempat tinggal saya
sebelumnya. Setidaknya hal itu bisa membuat saya merasa nyaman, memulihkan
nafsu makan saya yang beberapa minggu kemarin sempat mengalami penurunan yang cukup drastis. Hmm..sepertinya
berat badan saya bakal nambah lagi nih. Hehehe..
Saya rasa tempat ini cocok untuk saya. Sebab
sudah lama saya mencari-cari aktivitas di luar perkuliahan saya yang hanya dua
hari saja. Saya benar-benar merasa seperti orang yang tidak bermanfaat ketika
tidak melakukan apapun. Hanya berdiam diri di depan komputer, curhat, lalu
publish ke blog. Hhh...betapa tidak produktifnya hidup saya ketika itu.
Kamu adalah orang pertama yang saya beritahu tentang
kehadiran saya. Kamu juga orang pertama yang mengetahui tentang kepergian saya.
Dan kamulah orang pertama yang merasa berat untuk melepaskan saya. Maaf ya,
untuk pertemuan singkat ini. Pertemuan yang mungkin hanya terhitung 10 hari
saja
Yang perlu kamu ketahui, saya bukan orang yang luar biasa
dalam ruang pikirmu. Saya juga bukan malaikat yang bisa membawamu pada ketaatan
super pada Sang Maha Kuasa. Saya hanya saya, dengan segala ketidaksempurnaan
fisik dan batin saya. Jikalau lah saya telah membawamu pada sebuah ketenangan,
itu tidak lain karena intervensi-Nya saja. Tidak murni dari saya semata.
Beberapa hari yang lalu adalah waktu yang sengaja saya sediakan untuk
menengok masa lalu. Bertemu dengan orang-orang yang telah membuat hidup saya menjadi
seluar biasa ini. Bahagia sekali.. Rasanya seperti berjalan-jalan dalam sebuah
kenangan. Melakukan hal-hal yang saya rindukan sejak perpisahan di beberapa
waktu lalu. Shalat di masjid, khatm al Quran, memasak, makan bersama, mendekor,
mendokumentasi, bahkan rapat pun saya ikuti (tidak sengaja, sih) hihihi.. Entahlah,
di jarak sejauh ini pun saya masih merasa bagian dari mereka.
Empat tahun saya hidup di sana. Menjalani hari-hari yang berbeda dari keseharian
saya sebelumnya. Menukar waktu dan tenaga saya untuk sebuah pengabdian. Kadang
lelah dan menjenuhkan memang. Tetapi semuanya terbayar dengan pengalaman-pengalaman
yang mendewasakan. Yang menempa diri saya untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi
hari-hari berat.
Mengenalmu, pernahkan kusangka sebelumnya? Jika bukan karena
goresan takdir dari-Nya mungkin kamu tetap orang asing bagiku. Melalui beberapa
waktu kemarin bersamamu menjadi sebuah catatan baru dalam buku kehidupan yang
kupunya. Darimu aku mampu menakar diri, bahwa aku belum bisa sebaik dirimu. Manusia
super yang mengajariku banyak hal sepele yang sering kali kulewatkan.
Mengenal manusia dengan nama dan bulan kelahiran yang tidak
berbeda, pernahkah kusangka sebelumnya? Berjuta kebetulan di dunia ini ternyata
juga menyentuh kita. Tahukah? aku masih menyimpan setiap senyum kita kemarin. Yang
akan kutengok ketika rindu itu datang.
Hari ini, bagaimana kabarmu? Semoga hari ke-28 ini tidak
berlalu begitu saja tanpa hal yang membahagiakan bagimu. Hari istimewa yang
selalu kamu tunggu di setiap tahun. Aku tidak mampu memberikanmu apa-apa. Hanya
doa kecil yang mampu kukadokan, semoga kamu tetap baik dan selalu baik-baik
saja dengan segala kebaikan diri yang kamu miliki.
Kamu seringkali menanyakan padaku tentang hadiah apa yang paling
kuinginkan ketika berulang tahun nanti. Jujur saja, aku tidak tahu. Sebab sudah
banyak kado yang kuterima darimu. Keberadaanmu untuk selalu mendengarkanku
adalah salah satu makna terbesar dalam hidup. Menyediakan seluruh panca
inderamu di waktu-waktu yang melelahkanku. Terlebih doa-doa yang tulus kau
panjatkan pada Sang Maha Kuasa, itu sudah lebih dari segalanya. Dan sepertinya
aku tidak ingin apa-apa lagi darimu.
Terima kasih karena bersedia berteman denganku hingga sedalam ini. Untukmu,
semoga kamu tetap dan selalu baik-baik saja. Menghadapi dunia dengan hati sekuat
baja. Semoga kamu dipertemukan dengan teman-teman yang baik, yang membuatmu
nyaman ketika berada di samping mereka. Agar di mana pun berada kamu tidak
merasa sendiri.
Semenjak hari itu, sebenarnya saya sudah menggenggam sebuah kebebasan.
Ya, hari di mana saya bersikukuh dengan mimpi-mimpi idealis di ruang cita. Menawar
keputusan Ayah dengan paradigma-paradigma saya yang sepertinya terlampau jauh
untuk digapai. Tetapi entah, keyakinan apa yang merasuki saya ketika itu. Saya nekat
mengambil keputusan dengan nyeri di hati. Tentang langkah yang tidaklah mudah.
Saya harus terjatuh dan menangis berulangkali. Meyakinkan bahwa segalanya akan
baik-baik saja jika saya percaya.
“Riya boleh jadi apa saja dan bekerja di mana saja. Riya bebas
menentukannya,” ujar Ayah di sambungan telepon pagi itu. Saya menangis
mendengarnya. Merasakan bahwa independensi itu kini benar-benar berada dalam
genggaman saya. Mungkin karena langkah yang terlampau berani ini. Atau mungkin
karena keras kepala yang tiba-tiba saya miliki. Seketika itu saya berjanji pada
hati, untuk membawa kebebasan ini pada akhirnya nanti. Sebab segala keputusan
memiliki konsekuensi.
Tidak banyak yang berubah dari diri saya. Hanya berat badan yang sedikit
bertambah menjadi 53 kg dan tinggi yang naik menjadi 162 cm. Wajah saya masih
imut dan pipi saya masih tembem. Saya masih suka nasi goreng dan es krim. Masih
suka tempe, roti dan susu. Masih suka curhat di facebook dan blog. Masih suka
muter-muter di toko buku. Masih suka berlama-lama berdua dengan sahabat saya
yang paling setia, Tochi. Masih suka otak-atik Corel Draw dan Photoshop. Juga
masih suka basket dan memotret. Saya juga masih sering menangis, terutama jika
berhadapan dengan hal-hal yang mengharukan atau menyedihkan. Saya tidak
cengeng, kok.. Hanya memiliki hati yang mudah tersentuh, itu saja.
Beberapa menit lagi hari ke-18 di bulan September, dan itu adalah perayaan
ke-22 bagi hari jadi saya. Saya selalu mengistemewakan hari itu dengan membuat
catatan seperti ini. Catatan muhasabah. Tentang hari-hari yang telah terlalui.
Tentang waktu-waktu yang telah saya pinjam dari-Nya hingga detik ini. Terlampau
banyak yang saya siakan di masa lalu. Penyesalan akan ketidakberanian,
keputusasaan, keterlenaan dan kebodohan. Menjadi dosa-dosa yang menggunung
seiring waktu melaju bersama detakannya. Terlalu banyak meminta tetapi enggan
memberi. Menagih cinta tanpa kerelaan berkorban. Menengadahkan tangan penuh
harap di setiap munajat, tapi lupa untuk bersyukur.
Saya seringkali meminta pada-Mu, Tuhan.. Meminta kemudahan,
keselamatan, kelulusan, kesehatan, rizki, kekuatan hati, kelapangan. Saya
seringkali mengadu pada-Mu. Tentang lelah pada dunia, kekecewaan, kecemburuan, kemarahan,
dan kehilangan. Lalu dengan segala kemurahan hati, Engkau menerangi sebuah jalan
untuk saya lalui. Tetapi kadangkala saya lupa bersyukur atas semua itu. Saya
lupa bahwa di setiap bahagia yang saya rasakan, ada tangan kokoh-Mu yang
menggerakkan segalanya. Di sana lah saya mulai terlena dengan semua sifat
manusia saya. Maaf, Tuhan.. Karena terkadang saya kehilangan kompas dan berubah
haluan. Berjalan terlalu jauh dari koridor yang Engkau tentukan. Maaf, Tuhan..
Karena waktu yang kupinjam dari-Mu terlalu banyak kusia-siakan. Maaf, Tuhan.. Karena
hingga saat ini pun saya masih sering mencintai makhluk yang Kau ciptakan,
hingga kadang lupa bagaimana cara mencintai-Mu.
Maaf, Tuhan.. Karena tidak banyak yang berubah dari diri saya..