Jumat, 31 Oktober 2014

Keep it


Saya jenuh, keluh saya siang ini. Entah sudah berapa juta kali kata-kata negatif penggembos semangat itu keluar dari mulut saya. 

Saya seperti kayu lapuk yang terbawa arus air. Hanyut kesana kemari, tanpa arah. Keadaan membawa saya pada perasaan optimis-pesimis yang datang silih berganti. Kalau saya menyerah, maka segalanya akan berakhir di sini. Sialnya, saya tak sekalipun berpikir untuk menyerah. Tetapi jujur, saya sudah berada di ambang krisis kesabaran. 

..........................
akhir oktober

Kamis, 30 Oktober 2014

Let it Go


Marahlah, ketika lelahmu tak dihargai

Siang itu saya terduduk lesu. Dua buah trophy kemenangan perlombaan yang digelar pagi tadi tak cukup untuk sekedar mengembangkan senyum saya. Hampir menangis karena sebuah drama alay yang terjadi di beberapa menit yang lalu, salah seorang rekan senior membentak-bentak saya di depan umum. Yang lainnya memilih untuk mendukungnya daripada saya. Dan seperti biasa, saya diam saja.

Saya memang salah, karena lupa berkoordinasi. Tapi yang saya jengkelkan, kenapa harus memarahi saya sampai seperti itu? tidak bisakah menyampaikannya secara baik-baik? bukankah nasihat akan lebih bisa diterima jika cara menyampaikannya juga baik?

Dia tidak tahu, lelah yang saya derita. Menjadi panitia sekaligus koordinator tim pengisi acara itu cukup menguras tenaga dan pikir saya. Seminggu kemarin saya sampai tak sempat mengerjakan revisi makalah komprehensif karena saking lelahnya. Saya hanya butuh penguatan dari mereka atas apa yang telah saya lakukan untuk lembaga. Tapi apa yang saya dapat? Mereka pergi sebelum kejuaraan itu diumumkan. Membiarkan saya menenteng sendiri trophy itu. Ah, seandainya saja mereka mampu berpikir dari perspektif saya.

Hari ini saya melayangkan surat ijin ke lembaga. Mengerjakan tugas akhir kuliah menjadi alasan pelampiasan kemarahan saya.

3010214 06.25 WIB
just let it go

Minggu, 26 Oktober 2014

My Truly Passion


Saya sudah berjalan sejauh ini. Di setapak jalan yang berbeda nol koma sekian derajat dari yang sebelumnya saya inginkan. Semakin saya melangkah, maka besaran derajat itu semakin besar dan semakin menjauhkan saya dari tujuan sebelumnya

Menggambar, salah satu hal yang sangat saya suka. Saya masih ingat hasil gambar pertama yang mampu meyakinkan saya bahwa diri saya berbakat. Ketika itu saya masih duduk di kelas 6 sekolah dasar. Iseng-iseng saya menggambar karakter kartun Winnie The Pooh yang terdapat pada tas kotak-kotak yang biasa saya gunakan untuk tempat mukena. Dan hasilnya, mengagumkan. Baru kali itu saya mencoba membuat gambar berbeda. Sebelumnya, buku gambar saya hanya berisi sketsa dua gunung dengan jalan tengah yang membelah areal persawahan. Saya sendiri bahkan tak menyangka jika saya bisa menggambar dengan sedemikian bagusnya. Sejak saat itulah saya mulai percaya diri dengan bakat saya yang satu ini.

Minggu, 19 Oktober 2014

Selamat Ulang Tahun


Hari ini adalah harimu. Hari yang engkau tunggu-tunggu di setiap tahunnya. Meski tak ada nyala lilin sebagai perayaan, saya tahu engkau tengah berbahagia. Saya tidak tahu apa yang sepantasnya saya berikan sebagai kado di pergantian tahun usiamu ini. Kamu lebih dari sekedar biasa untuk kado yang biasa-biasa saja.

Sebaris ucapan selamat dan rangkai doa yang saya kirimkan melalui udara, rasanya tak cukup mengganti setiap senyum yang selalu kamu hadirkan untuk saya.
"Tak perlu bingung, saya tidak butuh kue tart atau apapun," katamu, seakan membaca saya seluruhnya.

"Bacakan saja satu surat dari Al-Qur'an, khusus untuk saya. Itu akan lebih membahagiakan," lanjutmu.

Saya tersenyum membacanya. Kamu meniru cara saya kah? Sebab saya juga sering meminta kado yang demikian itu pada sahabat-sahabat saya... 

18 Oktober 2014
satu hal lagi yang mirip dari kita