Sabtu, 27 April 2013

Kembali ke Awal


Setelah sekian lama tidak pernah menulis, kali ini saya menemui-Mu lagi, Tuhan.. lewat tulisan-tulisan kecil saya. Ada bimbang di hati saya. Tentang semua langkah yang pernah saya pilih. Tentang langkah yang sudah pernah saya putuskan sebelumnya. Saya ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Sampai bingung bagaimana harus memulai dan memenuhinya. Sampai suatu ketika saya menemukan jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi dunia saya satu-persatu. Tapi saat ini saya menyadari, bahwa sesungguhnya apa yang saya kejar hanyalah hal-hal duniawi yang seringkali menjauhkan saya dari-Mu. Saya terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan tersier sehingga kadang melupakan yang primer.

Terimakasih, karena sudah menyadarkan saya lewat sakit ini. Mengirimkan orang-orang yang mengingatkan saya untuk kembali pada tujuan awal saya berada di sini.

Terima kasih, Yaa Izzah... Dekatkanlah saya selalu pada-Mu.. 

Berkunjung ke Al-Akbar

Eksterior Masjid Al-Akbar Surabaya

Huwaaaahhh...lama sekali tidak ‘nengok’ blog saya yang satu ini. Saking lamanya gak saya buka, dipojok kiri atas udah banyak sarang laba-labanya. Parahnya, tu laba-laba udah beranak pinak pula. Hadeh...

Dua hari yang lalu, salah satu hobi geje saya mendadak muncul. Usai mengembalikan buku ke Perpustakaan Pascasarjana, tiba-tiba saja saya ingin berkunjung ke Masjid Al-Akbar, masjid kelas nasional di Kota Surabaya. Motor gak ada, temen-temen kamar pada kuliah semua. Hmm..jadilah saya ke sana tanpa ada yang menemani. Eh, nggak juga ding! Saya bersama Abang angkot yang sudah lumayan tua dan beberapa penumpang angkot lainnya.

Pintu depan masjid
Agak cemas sih, karena saya belum pernah ke tempat itu sebelumnya. Saya hanya mengetahui perihal masjid tersebut dari internet dan cerita teman-teman saya yang sudah pernah ke sana. Di dalam angkot, seringkali saya melongok ke luar jendela, memastikan bahwa tujuan saya belum terlewat. Ketika saya menahan diri untuk tidak bertanya pada penumpang lain, jaim bro.. 

Setelah hampir 45 menit saya duduk manis di dalam ‘kotak berjalan’ itu, akhirnya saya melihat kubah hijau-biru yang saya tunggu-tunggu.
“Itu dia,” teriak saya dalam hati. Segera saya memberi kode pada Abang angkot untuk menghentikan lajunya.

Al-Furqan



Saya mulai lagi, yang pernah saya tinggalkan di masa lalu. 
Saya sudah berjanji, untuk tidak meninggalkannya lagi.