Sabtu, 04 Juni 2011

Fatayat n’ Muslimat

Awal kusangka tinggal satu atap dengan para “pejabat” menjadikan pola hidup lebih baik. Spiritual jalan, persahabatan lancar, lingkungan bersih dan nyaman. Namun ternyata tidak juga. Memang sih spiritual jalan, tapi kamar berantakan, kardus di sana-sini, barang-barang berserakan, tak pada tempatnya. Hmmff...kok rasanya makin parah.

Apa cuma itu aja? eits, belum... hubungan kami juga tak sebaik yang dikira. beda karakter, beda juga ngadepinnya. Ada yang hidupnya emang mewah, ada juga yang biasa aja. Ada yang pendiam, ada juga yang cerewet. Ada yang sabar, ada pula tuh yang super misterius. Yang tukang sinau juga ada. Ya Rabb...kamarq kali ini begitu multikarakter. Klo “si mewah” bikin masalah, “si cerewet” langsung ber cas cis cus deh. Yang lain ada yang mendukung, ada pula yang menginterupsi. Hal seperti itu terus terulang (krn mang hampir tiap hari si mewah bikin masalah). Akhir semester ganjil si mewah pergi PKL, hmmm...masalah pun menipis, bahkan hampir tidak ada. Hingga akhirnya dia kembali bersama kami lg di tahun akademik berikutnya dengan ‘wallpaper’ yang lebih fresh dan cantik. Sempat ada rasa rasa tak nyaman dan khawatir kalau2 dia kan beraksi lagi. Tapi subhanallah...tak ada. Si mewah sudah berubah. Syukurlah..

Beberapa waktu setelah itu, diri ini sadar, kok..ada yang aneh ya..dg temanku yg satu lagi? Namanya “si misterius”. tiba-tiba dia jadi sosok yang penuh misteri. Pulang pergi gak pamit. Berangkat pagi pulang malem. Disetiap moment kebersamaan hampir gak ada dia. Kami ber-7 semakin akrab, dan dia seakan tersingkir. Berminggu2, berbulan2, tetap saja begitu. Tak paham dengan sikapnya. Menyerah..

Suatu ketika ingin rasanya membicarakan. Duduk dalam 1 forum mencurahkan segalanya. Tapi niat baik itu tak tersampaikan. Suasana makin panas. Si misterius makin jarang di kamar, otomatis juga jarang berinteraksi dengan kami. Gelap malam pun tak mencegahnya tuk tinggalkan kamar. Su’udzan menyebar, menyeruak, dan membahana. Hmm..kemana ya dia? apa yang dilakukannya? dan mengapa tak akrab dengan kami? Beribu pertanyaan menjejali otak yang full memory ini.

Tak sampai di situ, ternyata masalah ini sampai juga ditelinga “bu presiden”. Nasihat, petuah bijak, terlontar. Terserap dalam hati sanubari kami. Dengan begitu apa suasana menjadi dingin? Tidak!! Negative Thinking itu semakin menajam. Dari mana bu presiden bisa tau masalah ini kalo bukan dari si empunya? Emangnya kucing yg ngasih tau? mustahil coy..

Hop!! kembali ke topik. Sebenarnya harapan hati ini hanya satu, akrabkan diri dengan semuanya. Agar jurang pemisah itu tak ada lagi. Apa yang salah dari kami? dan apa mau hatimu? Tak paham..

Huft...capek!! liat kondisi terpecah belah gini. Jadi ngiri liat kebersamaannya “penduduk tertinggi”, mereka selalu..akrab. Sempat membatin, kapan ya..penduduk “the first” ini bisa bersatu menjunjung asas Bhineka Tunggal Ika? Huuufftt.....jaaauuuuuuh...

Namun, tak semua hipotesis tadi menjadi sebuah fakta. Lambat laun suasana pun mencair, permasalahan mereda, dan keakraban terjalin. Alhamdulillah...kini bahkan susah tuk dipisahkan. Dokumen2 narsis kami kini tidak ber-7 lagi, tp sudah ber-8. Senang rasanya..

Di bawah naungan panji Fatayaat n’ Muslimaat, si cerewet, si kucing, si pendiam, si misterius, si kacamata, si mewah, dan si penyabar yang kini merangkap si print2an. Begitu kujuluki kalian. Jangan marah ya.. Coretan ini hanya tumpahan rasa dihati, rasa kasih dan sayang (preet..!! lebay). Napak tilas perjalanan persahabatan kita. Mohon maaf apabila banyak kata2 yang menyakitkan hati, menyinggung perasaan, dan menimbulkan dendam. Maaf..maaf..maaf..