Minggu, 15 September 2013

Ah, betapa kotornya




Ada yang tidak beres dengan hati saya. 
Ia mendengki ketika mendengar kabar bahagia orang lain. 
Perasaan iri yang entah dari mana asalnya.
Ada yang tidak beres dengan hati saya. 
Ia melambung ketika dijunjung dan sanjung. 
Ketakabburan yang seringkali tidak nampak di mata sendiri.
Ah, betapa kotornya

Sabtu, 13 Juli 2013

Kufur Nikmat



12 Juli 2013 14.29 wib
Masjid Al-Muttaqien

                Lagi, hari ini saya kembali tidak masuk kuliah. Entah sudah yang keberapa kalinya.
                Saya merasakan ketidaknyamanan pada diri saya sendiri. Sama seperti ketika seseorang mengenakan pakaian yang  tidak pas dengan ukuran tubuhnya, sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika berpapasan dengan orang lain.
                Masalahnya masih sama, masih tentang diri saya sendiri. Tentang perdebatan di dalam batin saya. Yang mengerucut pada satu kesimpulan, bahwa saya telah kufur pada nikmat-Nya. Betapa saya belum bisa sepenuhnya bersyukur pada Allah. Mungkin saja bibir sudah mengucap hamdalah. Bisa jadi rezeki sudah disisihkan untuk penyucian. Tetapi, bersyukur itu tidak cukup hanya dengan seperti itu. Kata Abah, seseorang dalam bersukur juga harus beramal shaleh. Dengan apa? Dengan mendayagunakan nikmat yang dikaruniakannya untuk amar ma’ruf nahi munkar.  Sedangkan saya? Sepertinya belum sedikitpun melakukannya. Banyak orang ingin kuliah S2, dan saya mendapatkannya. Tapi apa yang saya lakukan? Saya sering bolos kuliah dan malas mengerjakan tugas. Banyak orang yang ingin bekerja,  dan saya mendapatkannya dengan begitu mudahnya. Tetapi apa yang saya lakukan? Saya sering terlambat, mengacuhkan rapat, dan tidak mau belajar. Entahlah, raga saya memang di sana, tetapi tidak dengan hati saya. Lalu, setelah itu, saya menjadikan Al-Qur’an sebagai alasan dari semua kemalasan saya tadi. Mengatakan bahwa saya merasa lebih tenteram ketika bersamanya. Tidak mengharapkan apapun kecuali mampu menjaganya. Terkadang saya hanya ingin mengahafalkan Al-Qur’an dan mengaji di pondok, tidak ingin kuliah, tidak ingin bekerja. Egois ya?
                Tetapi kalau begitu berarti saya hanya berhenti pada tataran ilmu murni, tidak pada terapan. Ilmunya tidak bermanfaat, tidak barokah. 


Sabtu, 27 April 2013

Kembali ke Awal


Setelah sekian lama tidak pernah menulis, kali ini saya menemui-Mu lagi, Tuhan.. lewat tulisan-tulisan kecil saya. Ada bimbang di hati saya. Tentang semua langkah yang pernah saya pilih. Tentang langkah yang sudah pernah saya putuskan sebelumnya. Saya ingin ini, ingin itu, banyak sekali. Sampai bingung bagaimana harus memulai dan memenuhinya. Sampai suatu ketika saya menemukan jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpi dunia saya satu-persatu. Tapi saat ini saya menyadari, bahwa sesungguhnya apa yang saya kejar hanyalah hal-hal duniawi yang seringkali menjauhkan saya dari-Mu. Saya terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan tersier sehingga kadang melupakan yang primer.

Terimakasih, karena sudah menyadarkan saya lewat sakit ini. Mengirimkan orang-orang yang mengingatkan saya untuk kembali pada tujuan awal saya berada di sini.

Terima kasih, Yaa Izzah... Dekatkanlah saya selalu pada-Mu.. 

Berkunjung ke Al-Akbar

Eksterior Masjid Al-Akbar Surabaya

Huwaaaahhh...lama sekali tidak ‘nengok’ blog saya yang satu ini. Saking lamanya gak saya buka, dipojok kiri atas udah banyak sarang laba-labanya. Parahnya, tu laba-laba udah beranak pinak pula. Hadeh...

Dua hari yang lalu, salah satu hobi geje saya mendadak muncul. Usai mengembalikan buku ke Perpustakaan Pascasarjana, tiba-tiba saja saya ingin berkunjung ke Masjid Al-Akbar, masjid kelas nasional di Kota Surabaya. Motor gak ada, temen-temen kamar pada kuliah semua. Hmm..jadilah saya ke sana tanpa ada yang menemani. Eh, nggak juga ding! Saya bersama Abang angkot yang sudah lumayan tua dan beberapa penumpang angkot lainnya.

Pintu depan masjid
Agak cemas sih, karena saya belum pernah ke tempat itu sebelumnya. Saya hanya mengetahui perihal masjid tersebut dari internet dan cerita teman-teman saya yang sudah pernah ke sana. Di dalam angkot, seringkali saya melongok ke luar jendela, memastikan bahwa tujuan saya belum terlewat. Ketika saya menahan diri untuk tidak bertanya pada penumpang lain, jaim bro.. 

Setelah hampir 45 menit saya duduk manis di dalam ‘kotak berjalan’ itu, akhirnya saya melihat kubah hijau-biru yang saya tunggu-tunggu.
“Itu dia,” teriak saya dalam hati. Segera saya memberi kode pada Abang angkot untuk menghentikan lajunya.

Al-Furqan



Saya mulai lagi, yang pernah saya tinggalkan di masa lalu. 
Saya sudah berjanji, untuk tidak meninggalkannya lagi.

Rabu, 20 Februari 2013

Kerumitan


Tidak ada yang lebih rumit dari hati saya saat ini
Mimpi-mimpi dan harapan
juga kekhawatiran dan keraguan
memenuhi setiap incinya

Yaa Huda..sentuhlah jemari ini dengan kun-Mu


Kamis, 14 Februari 2013

Kontemplasi


Hati saya...
Seperti apa ya keadaannya?
Apakah berwarna hitam, karena terlalu banyak dosa yang saya lakukan?
Ataukah terlalu keras, lantaran terlalu banyak tawa yang saya lepaskan?

...............

Sabtu, 02 Februari 2013

Our Story


Seperti dua tokoh utama di film layar lebar, yang harus berputar-putar terlebih dahulu untuk menemukan cinta di akhir cerita.
Seperti itukah akhir kisah ini nanti? Kita tidak pernah tahu...

Aku, Kamu, Dia, dan Dia Lagi


Saya sesak nafas. Setiap kali membayangkan semuanya menjadi serumit ini. Ada kamu, dia, dan dia lagi. Andai saja bibir saya mampu berbicara seringan abjad, mungkin keadaannya akan berbeda.

Something Wrong


Rumit
Absurd
Abu-abu
Semua prasangka dan duga
Hidup dalam akal,
Juga hatiku

1 Februari 2013 19.01 wib