Senin, 22 September 2014

Namamu Cinta

"Bu, ini caranya gimana?" anak perempuan berambut ikal itu menyodorkan soal matematika pada saya.
"Mana, sih? Coba lihat" saya menyambar buku di tangannya.
"Halah...gampang itu. Masak gak bisa?" tanya saya padanya.
"Ahhh....ajaaaarriiii," rajuknya, manja.
"Oke...oke..." aku mengiyakan.
"Hehe...makasih," ujarnya sembari memeluk saya. Senyum saya seketika mengembang. Detik berikutnya saya pun menerangkan. Dia mendengarkan dengan begitu seriusnya. Sebentar-sebentar saya memberinya feedback, meskipun agak lama tetapi ia bisa menyelesaikannya.

Cinta, begitulah saya memangggil anak manis berambut ikal itu. Beberapa bulan terakhir ini dia sering mengunjungi tempat kos saya. Terkadang untuk mengerjakan PR atau sekedar mengobrol dan menghabiskan waktu.

Ini si Cinta (tengah)

Cinta bukanlah anak yang ber-IQ super. Dia tergolong sedikit lambat dalam memahami suatu teori. Saya perlu menjelaskan berulang kali sebelum dia benar-benar mengangguk mengerti. Meskipun demikian, dia memiliki minat belajar yang luar biasa. Dia begitu gigih berikhtiar dalam memahami sebuah materi pelajaran. Salut..!

Beberapa hari yang lalu ia baru saja mengikuti lomba drum band yang digelar oleh pemkot. Saya baru mengetahui jika Cinta lah yang menjadi mayoretnya. Wuahh..sebuah kejutan bagi saya. Dia nampak cantik dalam balutan busana bling-bling berwarna biru, rok selutut, dan high heels setinggi 5 cm. Tampilan yang nampak lebih dewasa dari usianya.
"Eh, rambutmu kok bisa begini, Cin?" saya mengutak-atik rambutnya yang tergulung seperti egg roll.
"Hehehe....ini semaleman di gulung2, Bu. Tapi cantik kan?" dia mulai mencari pengakuan.
"Gak cantik," ucap saya datar.
"Yaaaahh...." bibirnya monyong seketika.
"Tapi cantik banget, hehehe.." ujar saya sembari tersenyum.
"Aaahhh...Bu Riya godain aku terus. Bu, doakan supaya nanti aku nggak ndredeg, ya.." pintanya.
"Iya, sayang...semangat yah.." saya menepuk-nepuk pundaknya. Sejurus kemudian dia berlalu dari hadapan saya, bergegas membentuk formasi di tengah lapangan. The show will be begin.  

Senin, 08 September 2014

Bersabarlah....


Saya ingin hari itu bahagia tanpa beban, kak...
Sabar ya...


-dek


Dhuha


Pagi itu....
Di sepinya kantor pemerintah daerah yang gerbangnya baru saja dibuka oleh penjaga. Segarnya aroma tanah yang diguyur air pun masih terasa. Pagi itu, 07.00 WIB, beberapa pegawai mulai berseliweran. Ada yang tengah memarkirkan roda dua, ada pula yang saling berjabat tangan dan berucap selamat pagi.

Sedangkan saya tengah duduk manis di serambi musholla kantor pemerintah itu. Sendiri, sembari mengamati kesibukan kantor yang mulai menggeliat. Saya, yang katanya diterima sebagai ‘pegawai baru’ di tempat itu hadir untuk menghadiri training pertamanya. Meninggalkan tugas akhir magister saya yang sebenarnya sudah menagih untuk segera dirampungkan.

First Meet

Di deretan kursi shaf pertama...
Di kiri saya duduk empat orang perempuan yang baru saja saya jumpai hari ini. Di kanan saya masih ada satu kursi kosong yang tak diminati.
“Permisi, saya boleh duduk di sini, Mbak?” tanyamu, menunjuk kursi kosong di sebelah saya ketika itu.
“Oh, silahkan,” jawab saya tanpa pikir panjang.
Beberapa menit setelah itu tak ada percakapan di antara kita. Saya hanya mendengar gelak tawamu di sela-sela suara sekretaris daerah yang tengah memberikan pengarahan itu.
”Mbak dari mana?” tanyamu setelah berpuluh menit kemudian.
“Saya dari kabupaten, Mas”
“Hmm...berapa menit jarak tempuhnya dari sini?” tanyanya lagi.
“Yaa...sekitar 45 menitan, lah,”
“Ooo....sama dong, saya juga 45 menitan dari rumah,”
“Oya?” tanya saya, singkat.
“He’em...tapi bedanya, saya dari barat dan pean dari timur,” jelasmu, tersenyum.
Sejurus kemudian, kita lalu tersenyum bersamaan. Detik selanjutnya kembali hening, tak ada percakapan lagi. Kita pun kembali fokus pada perhatian awal.

Bagi saya ketika itu kamu tak lebih dari seorang pemain figuran yang sekedar numpang lewat dalam salah satu scene hidup saya. Tak lebih dari seorang teman bicara di sebuah forum baru dengan orang-orang yang sama-sama berstatus ‘baru’. Saya pun tak ingin banyak berbasa-basi denganmu. Tapi entah, ada reaksi yang berbeda dengan ruhani saya. Serasa bertemu dengan teman lama yang telah dikenal bertahun-tahun. Begitu nyaman....

Saya meyakininya, itu sebuah kode rahasia dari-Nya...

first page on our storybook

Jumat, 05 September 2014

Move On


Luka itu inspirasi, kata seseorang...

Saya merasakan patahan itu lagi. Mendengar bahwa kamu akan segera menemui cintamu. Ah, mengapa saya begini? Bukankah seharusnya saya bahagia? sebab engkau tengah berbahagia...

Saya tak mengenalmu secara utuh. Kamu adalah serpihan mozaik yang saya beri nama cinta. Tak lama setelah saya meyakininya, saya justru bergegas ingin melepasnya. Saya bisa merasakan...bahwa binar di matamu itu tak tertuju pada saya. Karena itulah saya tidak ingin jatuh terlalu dalam. 

25.920.000 detik sejak saya memutuskan untuk pergi, tapi nyatanya saya belum sepenuhnya bisa menghapus warna itu. Ia masih membekas di sana. Dan saya selalu dapat melihatnya setiap kali saya bertemu denganmu. 

move, quickly...

Rabu, 03 September 2014

To Be With You



You know all the things I've said
You know all the things that we have doneAnd things I gave to youThere's a chance for me to sayHow precious you are in my lifeAnd you know that it's true

To be with you is all that I needCause with you, my life seems brighter and these are all the thingsI wanna say...

I will fly into your armsAnd be with youTill the end of time...................................

Ten 2 Five - I Will Fly