"Bu, ini caranya gimana?" anak perempuan berambut ikal itu menyodorkan soal matematika pada saya.
"Mana, sih? Coba lihat" saya menyambar buku di tangannya.
"Halah...gampang itu. Masak gak bisa?" tanya saya padanya.
"Ahhh....ajaaaarriiii," rajuknya, manja.
"Oke...oke..." aku mengiyakan.
"Hehe...makasih," ujarnya sembari memeluk saya. Senyum saya seketika mengembang. Detik berikutnya saya pun menerangkan. Dia mendengarkan dengan begitu seriusnya. Sebentar-sebentar saya memberinya feedback, meskipun agak lama tetapi ia bisa menyelesaikannya.
Cinta, begitulah saya memangggil anak manis berambut ikal itu. Beberapa bulan terakhir ini dia sering mengunjungi tempat kos saya. Terkadang untuk mengerjakan PR atau sekedar mengobrol dan menghabiskan waktu.
Cinta bukanlah anak yang ber-IQ super. Dia tergolong sedikit lambat dalam memahami suatu teori. Saya perlu menjelaskan berulang kali sebelum dia benar-benar mengangguk mengerti. Meskipun demikian, dia memiliki minat belajar yang luar biasa. Dia begitu gigih berikhtiar dalam memahami sebuah materi pelajaran. Salut..!
Beberapa hari yang lalu ia baru saja mengikuti lomba drum band yang digelar oleh pemkot. Saya baru mengetahui jika Cinta lah yang menjadi mayoretnya. Wuahh..sebuah kejutan bagi saya. Dia nampak cantik dalam balutan busana bling-bling berwarna biru, rok selutut, dan high heels setinggi 5 cm. Tampilan yang nampak lebih dewasa dari usianya.
"Eh, rambutmu kok bisa begini, Cin?" saya mengutak-atik rambutnya yang tergulung seperti egg roll.
"Hehehe....ini semaleman di gulung2, Bu. Tapi cantik kan?" dia mulai mencari pengakuan.
"Gak cantik," ucap saya datar.
"Yaaaahh...." bibirnya monyong seketika.
"Tapi cantik banget, hehehe.." ujar saya sembari tersenyum.
"Aaahhh...Bu Riya godain aku terus. Bu, doakan supaya nanti aku nggak ndredeg, ya.." pintanya.
"Iya, sayang...semangat yah.." saya menepuk-nepuk pundaknya. Sejurus kemudian dia berlalu dari hadapan saya, bergegas membentuk formasi di tengah lapangan. The show will be begin.