Jumat, 25 Mei 2012

Saya Takut Sekali

Selalu ada sedih yang hinggap di hati saya ketika mengingat akan jeda. Entah mungkin karena saya terlalu berlebihan memberi makna pada setiap pertemuan dan perpisahan. Yang sebenarnya bisa dianggap 'biasa' oleh sebagian orang. Saya masih betah duduk berlama-lama di sini bersama kamu dan teman-teman lainnya. Menikmati setiap rangkai duka dan bahagia di hari-hari yang mengalir. Saya sangat suka mengiringi langkah-langkahmu. Melihatmu tersenyum di samping saya. Mendengarkan setiap keluhan-keluhan kecil yang sebenarnya sangat bisa kamu tuntaskan. Apakah kamu juga merasa begitu? Tidakkah kamu ingin menahan saya lebih lama di sini? 

Saya takut sekali menghadapi hari itu. Hari di mana saya harus benar-benar pergi. Kepergian yang tidak sepenuhnya saya kehendaki. Karena bagian hati saya sudah terjatuh di tempat ini. Saya takut sekali tidak bisa menghadapinya. Ah, mengapa jadi menyakitkan begini, ya? Tidakkah kamu ingin menenangkan hati saya? Mengatakan bahwa segalanya akan baik-baik saja...

Saya tidak khawatir padamu. Karena kamu tidak serapuh saya. Kamu mudah berdiri kembali saat terjatuh, mampu menjadi ranting yang kokoh di tengah badai apapun. Sanggup berjalan meski tidak ada siapapun di sisimu. Karena kamu sudah terbiasa begitu.

25 Mei 2012
14:37 wib

Huft...


Langkahku...
Mundur dan memudar
dalam detik waktu yang kau rengkuh
Kupeluk runut sunyi itu
lewat makna takut
yang engkau bahasakan

25 Mei 2012
10:42 wib
-Koury-

Rabu, 23 Mei 2012

Doushite...

 Why have I fallen for you?
No matter how much time passes,
I thought that you would always be here
But you chose a different road

Why wasn't I able to convey to you?
My feelings that were growing everyday and night
The words begin to overflow
But I know they won't reach you now

Wedding Dress


Never should've let you go
Never found myself at home
Ever since that day that you walked
Right out the door

You were like my beating heart

That I, I can't control
Even though weve grown apart
My brain cant seem to let you go

Terasa Lebih


Merebah di hijau yang mengembun
Menghirup segar pagi
Merasakan senyum hangat yang ditawar mentari
Segalanya terasa lebih
Ketika langkahmu masih menyertai

19:46 wib

Cinta Si Landak


Andai mereka tahu...
Ada degub yang tak mampu teresonansi
 Getar hati yang hanya tersampai lewat udara 
Dengan jarak inilah aku menjagamu
Agar kau tak terluka
sebabku...

23 Mei 2012
19:19 wib

Pergilah


Terlampau banyak senja yang kulalui ditepian ini
HIngga benang tipismu tak mampu lagi kugenggam

Terbanglah...
Bersama angin disekitarmu

Pergilah...
Meski kau tak pernah datang

23 Mei 2012
19.00 wib

Senin, 21 Mei 2012

Mematah Lagi


Ada yang aneh dengan perasaan saya hari ini. Rumit. Benar-benar tidak terdefinisi. Bermula ketika kabar itu benar-benar menyata di keesokan harinya. Ya, akhirnya kamu memutuskan untuk menggenggam tangannya lebih erat. Saya sudah menduga hal ‘indah’ itu pasti akan terjadi. Tetapi mengapa rasanya terlalu cepat, ya? Sepertinya baru beberapa hari kemarin ada bibit rasa yang dititipkan Tuhan pada saya. Apakah hati saya belum dapat menerima sepenuhnya bahwa setelah ini saya tidak boleh diam-diam mengagumi kamu lagi? Entahlah, saya tidak mengerti.

Menulis, Menyalurkan Kegalauan


Wah, keren. Buku “Suer, Nulis Itu Mudah” benar-benar menyihir saya. Saya yang amatiran ini jadi termotivasi untuk semakin giat menulis. Sekalipun menulis hal remeh temeh yang sering saya alami setiap hari. Terima kasih, Mr. Ersis, Sang Inspirator.

Sebelum membaca buku imut bersampul cokelat itu, saya memang suka kegiatan satu ini. Menulis, bagi saya dapat menjadi jalan keluar tersendiri dari setiap masalah yang saya hadapi. Mengapa begitu? Maklum, status mahasiswa yang melekat pada saya terkadang melimpahkan gunungan tugas yang harus saya pikul. Saking menumpuknya tugas itu, kadang membuat saya jadi seperti tertindih dan tidak bisa bernafas (baca: stres). Pikiran saya jadi mudah kalut dan gampang emosi. Nah, ketika itulah saya benar-benar membutuhkan kegiatan menulis. Menumpahkan emosi-emosi saya pada rangkaian kata yang berujung pada beberapa paragraf. Hasilnya, plong. Beban yang saya pikul tadi terasa meringan. Syaraf-syaraf yang tadinya tegang jadi mengendur. Begitulah, menulis seakan menjadi ‘pelarian’ paling efektif bagi saya.

Sabtu, 19 Mei 2012

Ternyata Libur



Ternyata hari ini libur.
Tetapi karena sudah terlanjur di sini.
Jadi saya tetap masuk saja.
Bertahan hingga sesore ini.
Hihihi...

Inikah aku?



Inikah aku, Tuhan? Yang memiliki hati sesempit dan serapuh cawan? Setumpuk lemak dan minyak bekas sisa penggorengan semalam enggan menghilang meski telah kucoba mengusapnya dengan zat pembersih asam. Lemak dan minyak itu tidak pernah tak menyentuh permukaan hatiku. Hingga aku terbiasa dan berkawan lekat dengannya. Meski kadang mereka meninggalkan noda yang tidak bisa hilang. Apakah karena terlampau sering? Atau memang karena keterbatasan diriku? karena stok sabar yang kukantongi tak sebanyak milik-Mu?


Lalu, adakah batas untuk sebuah kesabaran, Tuhan? Kesabaran yang Kau miliki justru tak pernah berbatas. Bahkan untuk hati-hati yang berminyak dan berlemak sekalipun. Pinjamkan setitik saja kesabaran yang Kau miliki. Untuk kupakai hingga nanti. Agar aku bisa bisa selalu memaafkan. Dan melupakan setiap minyak dan lemak yang mampir di permukaanku, lagi...


19 Mei 2012
IC Kampus Hijau


Jumat, 11 Mei 2012

Wisuda

Hari itu akhirnya tiba juga. Puncak dari salah satu gunungan hidup yang telah saya daki. Rasa tidak percaya bercampur bahagia menelusup dalam hati saya. Berdebar, ketika prosesi pengukuhan itu berlangsung. Tiba-tiba saja ada setumpuk rencana masa depan yang berkelebat di benak saya. Satu, dua, tiga, semakin jelas saja. Gelar sarjana ini tidak berarti apa-apa jika diri saya tidak berkontribusi aktif dalam masyarakat. Tidak ingin saya mencukupkan belajar sampai di sini saja. Kurang, sangat kurang. Minimal saya harus menempuh magister, doktoral, jikalau mampu hingga profesor.

Yuk Qori-Muna-Rhie-Mita-Triu

Kamis, 10 Mei 2012

Jadi Panitia SNMPTN

LOGO SNMPTN 2012

Empat hari semenjak prosesi wisuda 5 Mei lalu, hidup saya semakin geje saja. Waktu yang saya gunakan untuk bersantai-santai semakin tidak terkendali. Jadwal tidur pun semakin overload. Sebelum akhirnya saya menerima telepon dari salah seorang teman yang menawarkan pekerjaan baru untuk mengisi keluangan waktu. 

Tidak menyangka hidup saya jadi sesibuk ini. Stand by di depan komputer selama 6 hingga 7 jam, setiap hari selama 20 puluh hari ke depan. Tugas saya sederhana saja, yaitu menjadi petugas pelayanan  informasi SNMPTN dan SPMB-PTAIN di gedung terdepan Kampus Ulul Albab (Information Center Building, red). Saya jadi harus melupakan jadwal tidur siang saya, nih. Huhuhu...

Sebelumnya, saya ingin mengisi jeda waktu sebelum kepulangan saya ke kampung halaman ini dengan banyak membaca buku, menulis, dan merawat blog. Tetapi sekarang agaknya jadwal itu sedikit terganggu dengan berubahnya aktivitas saya. Tapi, tak apalah. Menjadi karyawan dadakan begini ternyata menyenangkan juga. Hihihi..

10 Mei 2012 11.34 wib
Behind Help Desk SNMPTN 2012 Panlok Malang 


...........................



Pertahankanlah... sebab merajut itu tak mudah. Jangan sampai ia terkoyak, patah, lalu menghilang. Hingga tersisa benang-benang yang berserak.


Berbahagialah.. bersama wol pilihanmu


10 mei 2012 01.39 wib

Pergi


Sedikit lagi... Waktu akan benar-benar memvonis jeda untukku. Meninggalkan banyak pundi kenangan di jalan yang sering kita lalui. Jangan tanyakan bagaimana caraku melewati setiap ayunan langkah kaki tanpa iringanmu. Itu akan sangat berat, kawan.. Akan sangat sulit. Ada banyak dirimu yang selalu menguntit duniaku, seperti bayang-bayang yang tak mau pergi dan selalu menempel di kakiku. Kau akan tampak di derasnya hujan yang turun di halaman rumah, di pahit manisnya seduhan kopi di atas meja, di romantisme puisi, dan di tumpukan buku-buku novel di rak bukuku.

"Lalu mengapa pergi? Ketika kau tahu bahwa dunia akan membiru?" pertanyaan yang sering kau lontarkan. Dan lebih sering lagi kubalas dengan senyuman. Ada banyak pilihan di setiap ujung jalan yang telah dilalui, kawan... Setiap pilihan memiliki jalannya masing-masing. Ketika aku memutuskan untuk memilih jalan yang berbeda, itu berarti kita telah tiba dipersimpangan. Aku harus segera mengemas hatiku. Mempersiapkan diri untuk suatu perubahan di jauh sana. Aku sangat tahu, itu akan membuat beku duniamu.


Terima kasih yang melebihi segalanya, karena bersedia berjalan mengiringiku. Merangkai setiap sedih dan bahagia dalam cerita sehari-hari. Entah apa yang membuatku bersedia bertahan bersama orang seegois dirimu? Yang kadang membuatku sangat jengkel dengan marah yang tertahan. Hmm..ya sudah lah, kejengkelan itu akan jadi cerita yang mengundang gelak tawa jika terkenang nanti.

Jika sudah berpisah nanti...satu, dua, tiga, bahkan berpuluh-puluh tahun berikutnya, di sela-sela rutinitas dan kesibukanmu, semoga kau masih sudi untuk sekedar 'mengingatku'.


10 Mei 2012 00.44 wib

Senin, 07 Mei 2012

Hemat BBM Tanda Cinta Bumi


Bumi semakin panas. Suhu rata-rata permukaannya terus meningkat. Kutub-kutub mencair, sehingga permukaan air laut meninggi. Akibatnya, banyak daratan tenggelam. Sedikitnya, 1200 rumah di Kelurahan Belawan, Medan terendam rob saat bulan purnama dan air laut pasang (8/4). Iklim turut berubah ekstrim, dan cuaca pun menjadi tidak menentu. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia saat ini, hujan lebat masih saja turun di bulan April. Padahal, bulan-bulan ini seharusnya merupakan musim pancaroba atau peralihan dari musim penghujan ke kemarau. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan dampak dari pemanasan global yang semakin hari menghangatkan suhu bumi.
Pemanasan global salah satunya disebabkan oleh melimpahnya jumlah karbondioksida (CO2) di atmosfer. Menurut penelitian dalam kurun waktu 150 tahun terakhir, penambahan CO2 di atmosfer begitu tinggi. Gas yang merupakan polutan utama penyebab pemanasan global ini mayoritas dihasilkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini bukan tanpa alasan, karena jumlah kendaraan bermotor terus saja meningkat. Sebagaimana yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kepolisian RI, bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia naik dari 67,3% menjadi 76,9% dalam kurun waktu satu tahun. Dapat dibayangkan betapa banyaknya gumpalan asap berbahaya yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor.