Sabtu, 13 Juli 2013

Kufur Nikmat



12 Juli 2013 14.29 wib
Masjid Al-Muttaqien

                Lagi, hari ini saya kembali tidak masuk kuliah. Entah sudah yang keberapa kalinya.
                Saya merasakan ketidaknyamanan pada diri saya sendiri. Sama seperti ketika seseorang mengenakan pakaian yang  tidak pas dengan ukuran tubuhnya, sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika berpapasan dengan orang lain.
                Masalahnya masih sama, masih tentang diri saya sendiri. Tentang perdebatan di dalam batin saya. Yang mengerucut pada satu kesimpulan, bahwa saya telah kufur pada nikmat-Nya. Betapa saya belum bisa sepenuhnya bersyukur pada Allah. Mungkin saja bibir sudah mengucap hamdalah. Bisa jadi rezeki sudah disisihkan untuk penyucian. Tetapi, bersyukur itu tidak cukup hanya dengan seperti itu. Kata Abah, seseorang dalam bersukur juga harus beramal shaleh. Dengan apa? Dengan mendayagunakan nikmat yang dikaruniakannya untuk amar ma’ruf nahi munkar.  Sedangkan saya? Sepertinya belum sedikitpun melakukannya. Banyak orang ingin kuliah S2, dan saya mendapatkannya. Tapi apa yang saya lakukan? Saya sering bolos kuliah dan malas mengerjakan tugas. Banyak orang yang ingin bekerja,  dan saya mendapatkannya dengan begitu mudahnya. Tetapi apa yang saya lakukan? Saya sering terlambat, mengacuhkan rapat, dan tidak mau belajar. Entahlah, raga saya memang di sana, tetapi tidak dengan hati saya. Lalu, setelah itu, saya menjadikan Al-Qur’an sebagai alasan dari semua kemalasan saya tadi. Mengatakan bahwa saya merasa lebih tenteram ketika bersamanya. Tidak mengharapkan apapun kecuali mampu menjaganya. Terkadang saya hanya ingin mengahafalkan Al-Qur’an dan mengaji di pondok, tidak ingin kuliah, tidak ingin bekerja. Egois ya?
                Tetapi kalau begitu berarti saya hanya berhenti pada tataran ilmu murni, tidak pada terapan. Ilmunya tidak bermanfaat, tidak barokah.