12 Juli 2013 14.29 wib
Masjid Al-Muttaqien
Lagi, hari ini
saya kembali tidak masuk kuliah. Entah sudah yang keberapa kalinya.
Saya merasakan
ketidaknyamanan pada diri saya sendiri. Sama seperti ketika seseorang
mengenakan pakaian yang tidak pas dengan
ukuran tubuhnya, sehingga membuatnya tidak percaya diri ketika berpapasan
dengan orang lain.
Masalahnya masih
sama, masih tentang diri saya sendiri. Tentang perdebatan di dalam batin saya.
Yang mengerucut pada satu kesimpulan, bahwa saya telah kufur pada nikmat-Nya.
Betapa saya belum bisa sepenuhnya bersyukur pada Allah. Mungkin saja bibir
sudah mengucap hamdalah. Bisa jadi rezeki sudah disisihkan untuk penyucian. Tetapi,
bersyukur itu tidak cukup hanya dengan seperti itu. Kata Abah, seseorang dalam
bersukur juga harus beramal shaleh. Dengan apa? Dengan mendayagunakan nikmat
yang dikaruniakannya untuk amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan saya? Sepertinya belum sedikitpun
melakukannya. Banyak orang ingin kuliah S2, dan saya mendapatkannya. Tapi apa
yang saya lakukan? Saya sering bolos kuliah dan malas mengerjakan tugas. Banyak
orang yang ingin bekerja, dan saya
mendapatkannya dengan begitu mudahnya. Tetapi apa yang saya lakukan? Saya
sering terlambat, mengacuhkan rapat, dan tidak mau belajar. Entahlah, raga saya
memang di sana, tetapi tidak dengan hati saya. Lalu, setelah itu, saya
menjadikan Al-Qur’an sebagai alasan dari semua kemalasan saya tadi. Mengatakan
bahwa saya merasa lebih tenteram ketika bersamanya. Tidak mengharapkan apapun
kecuali mampu menjaganya. Terkadang saya hanya ingin mengahafalkan Al-Qur’an
dan mengaji di pondok, tidak ingin kuliah, tidak ingin bekerja. Egois ya?
Tetapi kalau
begitu berarti saya hanya berhenti pada tataran ilmu murni, tidak pada terapan.
Ilmunya tidak bermanfaat, tidak barokah.