Rabu, 25 April 2012
Backspace
Andai saja tombol ini dapat benar-benar bekerja di dunia nyata. Maka aku tidak perlu menyesal dengan kealpaan yang pernah kuperbuat. Tidak perlu berpikir seribu kali untuk menjatuhkan hati pada seseorang. Aku bahkan mampu men-delete orang-orang yang tidak kusuka dari duniaku dengan tombol ini. Hingga aku bisa menulis jalan hidupku seperti fiksi yang mengalir, yang sewaktu-waktu dapat diedit, ditambah, dan dikurangi. Betapa sempurnanya hidupku.
Dengan tombol ini aku mungkin dapat meminta waktu sejenak berhenti. Hingga aku dapat menahan saat-saat menyenangkan untuk terus menemaniku, dan mempercepatnya ketika waktu berubah menyebalkan, menyedihkan dan membosankan. Bagaimana denganmu?
25 April 2012
15:06 wib
Senin, 16 April 2012
Kemarau Tak Seperti Hujan
Akan segera hilang yang tampak saat ini. Seperti daun yang dibakar Kemarau. Gugur di tanah
kering. Jemari kecilku tak kuasa mencegah Hujan yang perlahan melambai pergi.
Meninggalkan Kemarau untuk menemaniku. Membayangkan terik dan dahaga yang akan
kurasa, membuat asaku patah. Sepertinya aku tidak akan bisa melewati hari
tanpamu, Hujan, pesimisku. Hatiku merengek meminta Hujan untuk membalikkan
punggungnya yang terlanjur berlalu.
Kemarau bukanlah Hujan yang membiarkan hatiku basah oleh gerimisnya.
Kemarau tidak bisa memberikan aroma sesegar Hujan. Bersama Kemarau, hanya pohon-pohon
meranggas yang bertutur dalam cerita. Hanya rekahan tanah gersang sejauh dataran
terhampar. Tak ada air. Tak ada kesejukan. Kering, kering dan kering. Semakin
kering aku bila ia terus menguntit langkahku seperti ini.
Dalam keputusasaan mengharap hadirnya Hujan, Kemarau berbisik.
“Aku tak segersang yang kau bayangkan, kawan. Dan Hujan tak
sebasah rindumu akannya. Lihatlah aku ketika senja menjemput siang dengan mega
merahnya, rasakan sejuk
semilirnya, hangat mentari yang akan beranjak tidur itu. Ada ketenangan berbeda
yang akan menyentuh pori-pori hatimu,” Kemarau menegosiasi hatiku.
Mungkin ia benar.
Mengapa aku tak mencoba melihat dirinya dari sisi yang berbeda?
“Belum percayakah kau, Kawan?” Aku tak
menggeleng juga tak mengangguk.
“Aku bahkan memiliki malam dengan gugusan bintang yang tak
dimiliki Hujan. Aku bisa menghadirkan mereka dalam pandanganmu tanpa segumpal
awan pun,” kurasa ia mulai congkak.
“Sedangkan Hujan, apa yang bisa ia perbuat selain menangis? Membuat dunia kelabu dan beku
dengan tangisannya itu,” Kemarau benar-benar ingin eksistensinya diakui. Hingga menunjukkan kelemahan Hujan di
depan hidungku.
“Setidaknya Hujan
selalu meringankan derita para awan, memberi nyawa pada jamur-jamur di pohon
tumbang, memekarkan bunga yang semula berupa kuncup. Dan setidaknya, Hujan tak
sesombong dirimu,” ujarku berlalu meninggalkan ia dan kecongkakannya.
14042012 21:29
wib
Selasa, 03 April 2012
Disappointed
Sudah terbiasa dengan semua ini. tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka memang seperti itu, habis melempar batu lalu sembunyi tangan. Tidak apalah, meski mereka selalu mengorek cela yang ada padaku. Aku juga tidak butuh mereka mengingat baikku. Benar-benar tidak butuh. Yang kutahu, saat ini aku ada pada ruas jalan yang lurus. Aku sudah berusaha, meski tak sesempurna yang mereka harapkan.
Bukan materi yang kuinginkan dari mereka. Bukan, bukan itu. Jika boleh sombong, aku sudah sangat berkecukupan dalam hal materi. Yang kuinginkan hanyalah kedisiplinan mereka. Mengikuti semua kegiatan yang ada. Tanpa masalah dan tanpa pelanggaran. Menjadi adik yang baik. Itu saja... Beratkah?
3 April 2012 10:12 WIB
Minggu, 01 April 2012
Don't Try to be Different
Kau bilang kau egois, memang
benar. Kau bilang kau sangat mudah marah, aku sangat setuju. “Tetapi mengapa
mau berteman denganku?” tanyamu padaku dengan wajah heran dan penuh tanda
tanya.
Andai kau tahu, banyak hal di
dunia ini yang tidak bisa diaksarakan. Pun, sangat sulit menjawab pertanyaan
yang kau ajukan. Aku tidak pernah tahu mengapa
aku meletakkan label “sahabat” di pundakmu. Tidak peduli seberapa kerasnya dirimu. Tidak tahu
sedalam apa kau memaknai kekurangan-kekuranganmu. Kau begitu berharga, tapi mungkin
kau tidak tahu.
“Kupu-kupu tidak pernah tahu
warna sayap mereka, tetapi orang lain tahu betapa indahnya mereka”
Jadilah seperti apa adanya dirimu.
Lepaskan semua anggapan bahwa aku tidak bisa menerimamu. Aku tidak pernah ingin
beranjak. Sampai waktu benar-benar memaksaku.
1 April 2012 00.12 WIB
Lupa Bersyukur
Terkadang manusia tidak menyadari akan hal-hal kecil yang membuatnya
menjadi besar. Terkadang manusia juga lupa bersyukur akan nikmat yang setiap
detik ia rasakan.
Tahukah kita jika harga oksigen di apotek Rp. 25.000 per liternya? Dan tahukah
kita jika harga nitrogen setara dengan Rp. 9.950 setiap liternya? Dalam sehari
kita bisa menghirup 2.880 liter oksigen dan 11.376 liter nitrogen. Jika
dikalkulasi, maka kita harus mengeluarkan biaya sebesar 170 juta setiap
harinya. Tetapi Allah memberinya secara cuma-cuma. Gratis, tanpa kompensasi
apapun.
Nikmat yang Ia berikan sungguh lebih besar dari rasa syukur yang pernah dipanjatkan
manusia. Jika manusia harus membayar semua nikmat yang telah Allah berikan
kepadanya, sungguh mereka tidak akan mampu.
31 Maret 2012 23:45 WIB
Untitled
Menulis..menulis..menulis... Hhhh...sudah lama sekali tidak menulis. Blogku
sangat kosong. Selain karena tingkat kemalasan yang tinggi, aku juga terlalu
sibuk dengan dunia nyataku. Hehehe.. apalagi semenjak pulang PKL kemarin.
Huhuhu..untuk mendapatkan sinyal gratis aku harus merangkak keluar asrama (malas.com
deh jadinya).
Belum lagi laptopku yang sedang dalam kondisi tidak fit. Kondisinya sangat parah. Hingga
membuatku berpikir untuk ‘mengadopsi’ laptop baru untuk kupelihara. Sayangnya,
aku bukan ‘bank duit’, yang bisa langsung comot barang yang diinginkan.
Huft..sepertinya harus ngamen dulu nih. Nggadaikan barang-barang,
atau mungkin menjual kemampuan diri. Tidak ingin lagi merepotkan orang tua
dengan kebutuhan-kebutuhanku. Terlalu banyak hutangku pada mereka. Aku mungkin
harus menggantinya dengan mengabulkan impian-impian mereka tentang diriku.
Tidak ada yang bisa kulakukan.
Mulai berpikir untuk menjual laptopku satu-satunya ini. Tapi entahlah, aku
tidak terlalu yakin dengan nominal rupiah yang akan kudapat. Mengingat banyak
komponen-komponennya yang telah rusak. Baterai sudah aus, charger putus,
CD driver rusak, memory error. Haduh, kompleks banget, dah. Huhuhu...
Ngomong-ngomong, kok ngglambyar gini
ya..tulisanku? Sungguh tidak bertema dan geje (gak jelas).
Sepertinya hatiku benar-benar kalut ini. Sampai-sampai menulis jadi tidak
beraturan seperti ini. Ya sudahlah...
31 Maret 2012 23:33 WIB
Tentangmu
Betapa
menyenangkan berada bersamamu hingga detik ini. Merasakan dirimu yang selalu
bersedia berlari bersamaku. Bersenandung ceria dan melahirkan beberapa karya. Kau
sangat setia. Bahkan, lebih setia dari sahabat manapun di dunia. Tidak pernah
mengeluh akan keegoisanku. Kapanpun aku menginginkan, kau ada seketika itu
juga. Amazing...bahkan aku tak pernah bisa seperti itu.
Sangat sedih
ketika harus menerima kenyataan akan penyakit yang kau derita. Kata dokter, aku
harus mempersiapkan hatiku. Siapa tahu kau akan meninggalku nanti. Maafkan aku
ya... kelalaian dan kecerobohanku membuatmu seperti ini. Maaf, Tochi...