Sabtu, 29 September 2012

Kepada Masa Lalu



Beberapa hari yang lalu adalah waktu yang sengaja saya sediakan untuk menengok masa lalu. Bertemu dengan orang-orang yang telah membuat hidup saya menjadi seluar biasa ini. Bahagia sekali.. Rasanya seperti berjalan-jalan dalam sebuah kenangan. Melakukan hal-hal yang saya rindukan sejak perpisahan di beberapa waktu lalu. Shalat di masjid, khatm al Quran, memasak, makan bersama, mendekor, mendokumentasi, bahkan rapat pun saya ikuti (tidak sengaja, sih) hihihi.. Entahlah, di jarak sejauh ini pun saya masih merasa bagian dari mereka.

Empat tahun saya hidup di sana. Menjalani hari-hari yang berbeda dari keseharian saya sebelumnya. Menukar waktu dan tenaga saya untuk sebuah pengabdian. Kadang lelah dan menjenuhkan memang. Tetapi semuanya terbayar dengan pengalaman-pengalaman yang mendewasakan. Yang menempa diri saya untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi hari-hari berat.

Mengenalmu




Mengenalmu, pernahkan kusangka sebelumnya? Jika bukan karena goresan takdir dari-Nya mungkin kamu tetap orang asing bagiku. Melalui beberapa waktu kemarin bersamamu menjadi sebuah catatan baru dalam buku kehidupan yang kupunya. Darimu aku mampu menakar diri, bahwa aku belum bisa sebaik dirimu. Manusia super yang mengajariku banyak hal sepele yang sering kali kulewatkan.

Mengenal manusia dengan nama dan bulan kelahiran yang tidak berbeda, pernahkah kusangka sebelumnya? Berjuta kebetulan di dunia ini ternyata juga menyentuh kita. Tahukah? aku masih menyimpan setiap senyum kita kemarin. Yang akan kutengok ketika rindu itu datang.

Hari ini, bagaimana kabarmu? Semoga hari ke-28 ini tidak berlalu begitu saja tanpa hal yang membahagiakan bagimu. Hari istimewa yang selalu kamu tunggu di setiap tahun. Aku tidak mampu memberikanmu apa-apa. Hanya doa kecil yang mampu kukadokan, semoga kamu tetap baik dan selalu baik-baik saja dengan segala kebaikan diri yang kamu miliki.

Selamat ulang tahun...

Rabu, 19 September 2012

Hadiah Yang Kuinginkan

Kamu seringkali menanyakan padaku tentang hadiah apa yang paling kuinginkan ketika berulang tahun nanti. Jujur saja, aku tidak tahu. Sebab sudah banyak kado yang kuterima darimu. Keberadaanmu untuk selalu mendengarkanku adalah salah satu makna terbesar dalam hidup. Menyediakan seluruh panca inderamu di waktu-waktu yang melelahkanku. Terlebih doa-doa yang tulus kau panjatkan pada Sang Maha Kuasa, itu sudah lebih dari segalanya. Dan sepertinya aku tidak ingin apa-apa lagi darimu.

Terima kasih karena bersedia berteman denganku hingga sedalam ini. Untukmu, semoga kamu tetap dan selalu baik-baik saja. Menghadapi dunia dengan hati sekuat baja. Semoga kamu dipertemukan dengan teman-teman yang baik, yang membuatmu nyaman ketika berada di samping mereka. Agar di mana pun berada kamu tidak merasa sendiri.

18 September 2012 00.06 wib
Terima kasih banyak..

Hadiah Kebebasan


Semenjak hari itu, sebenarnya saya sudah menggenggam sebuah kebebasan. Ya, hari di mana saya bersikukuh dengan mimpi-mimpi idealis di ruang cita. Menawar keputusan Ayah dengan paradigma-paradigma saya yang sepertinya terlampau jauh untuk digapai. Tetapi entah, keyakinan apa yang merasuki saya ketika itu. Saya nekat mengambil keputusan dengan nyeri di hati. Tentang langkah yang tidaklah mudah. Saya harus terjatuh dan menangis berulangkali. Meyakinkan bahwa segalanya akan baik-baik  saja jika saya percaya.
“Riya boleh jadi apa saja dan bekerja di mana saja. Riya bebas menentukannya,” ujar Ayah di sambungan telepon pagi itu. Saya menangis mendengarnya. Merasakan bahwa independensi itu kini benar-benar berada dalam genggaman saya. Mungkin karena langkah yang terlampau berani ini. Atau mungkin karena keras kepala yang tiba-tiba saya miliki. Seketika itu saya berjanji pada hati, untuk membawa kebebasan ini pada akhirnya nanti. Sebab segala keputusan memiliki konsekuensi.

18 September 2012 0.30 wib
Saya hanya ingin melihatmu bahagia

Tidak Banyak Berubah



Tidak banyak yang berubah dari diri saya. Hanya berat badan yang sedikit bertambah menjadi 53 kg dan tinggi yang naik menjadi 162 cm. Wajah saya masih imut dan pipi saya masih tembem. Saya masih suka nasi goreng dan es krim. Masih suka tempe, roti dan susu. Masih suka curhat di facebook dan blog. Masih suka muter-muter di toko buku. Masih suka berlama-lama berdua dengan sahabat saya yang paling setia, Tochi. Masih suka otak-atik Corel Draw dan Photoshop. Juga masih suka basket dan memotret. Saya juga masih sering menangis, terutama jika berhadapan dengan hal-hal yang mengharukan atau menyedihkan. Saya tidak cengeng, kok.. Hanya memiliki hati yang mudah tersentuh, itu saja.

Beberapa menit lagi hari ke-18 di bulan September, dan itu adalah perayaan ke-22 bagi hari jadi saya. Saya selalu mengistemewakan hari itu dengan membuat catatan seperti ini. Catatan muhasabah. Tentang hari-hari yang telah terlalui. Tentang waktu-waktu yang telah saya pinjam dari-Nya hingga detik ini. Terlampau banyak yang saya siakan di masa lalu. Penyesalan akan ketidakberanian, keputusasaan, keterlenaan dan kebodohan. Menjadi dosa-dosa yang menggunung seiring waktu melaju bersama detakannya. Terlalu banyak meminta tetapi enggan memberi. Menagih cinta tanpa kerelaan berkorban. Menengadahkan tangan penuh harap di setiap munajat, tapi lupa untuk bersyukur.

Saya seringkali meminta pada-Mu, Tuhan.. Meminta kemudahan, keselamatan, kelulusan, kesehatan, rizki, kekuatan hati, kelapangan. Saya seringkali mengadu pada-Mu. Tentang lelah pada dunia, kekecewaan, kecemburuan, kemarahan, dan kehilangan. Lalu dengan segala kemurahan hati, Engkau menerangi sebuah jalan untuk saya lalui. Tetapi kadangkala saya lupa bersyukur atas semua itu. Saya lupa bahwa di setiap bahagia yang saya rasakan, ada tangan kokoh-Mu yang menggerakkan segalanya. Di sana lah saya mulai terlena dengan semua sifat manusia saya. Maaf, Tuhan.. Karena terkadang saya kehilangan kompas dan berubah haluan. Berjalan terlalu jauh dari koridor yang Engkau tentukan. Maaf, Tuhan.. Karena waktu yang kupinjam dari-Mu terlalu banyak kusia-siakan. Maaf, Tuhan.. Karena hingga saat ini pun saya masih sering mencintai makhluk yang Kau ciptakan, hingga kadang lupa bagaimana cara mencintai-Mu.

Maaf, Tuhan.. Karena tidak banyak yang berubah dari diri saya..

17 September 2012 23.03 wib

Kepada Para Surya dalam Hidupku


 Aku tidak tahu bagaimana bentuk hatiku saat ini. Seperti buih di lautan, ia terombang-ambing oleh gulungan ombak. Pasang, lalu surut kembali. Tidak ada kestabilan dan keseimbangan. Meski hatiku masih tertinggal di tepi pantai, tetapi kapal yang kutumpangi sudah terlanjur berlayar. Membawaku pada pulau berikutnya. Bekal yang kukantongi sangat banyak, hingga merepotkan ayah dan ibu ketika mengemasnya. Sejujurnya, aku tidak tega. Lambaian tangan mereka di dermaga cukup membuat hujan di hatiku menderas.

Tuhan...betapa aku belum mampu memberikan sesuatu pada mereka. Justru merekalah yang tanpa jeda mengorbankan dirinya untukku. Jagalah mereka duhai Tuhan..sebagaimana mereka menjagaku hingga sampai pada titik ini.

Ibu..ingin sekali kukatakan bahwa aku tidak ingin pergi. Aku ingin meringankan beban dalam hari-harimu. Melihatmu tersenyum setiap pagi adalah kelegaan tersendiri bagi hatiku. Meski tidak jarang kemarahan itu kau tujukan pada setiap kebodohan yang kulakukan.

Ayah..ingin sekali kukatakan bahwa aku tidak ingin pergi. Ketika tahu bahwa beban di punggungmu ternyata akan seberat ini. Memikir ulang tentang segala keputusan mahal ini. Ada gumpalan yang menyesak ketika aku tidak bisa memberikan apa yang engkau harapkan. Maafkan ya, Yah.. Aku pasti kembali setelah ini. Sangat bersedia melakukan apapun yang engkau pinta.

Kapalku sudah berlayar hampir ke tengah. Nahkoda mengatakan bahwa akan ada badai di depan sana. Semoga itu doa-doamu, duhai Ibu, Ayah..yang masih dan selalu tersimpan dalam genggaman. Menguatkan langkah-langkahku di sepanjang perjalanan ini.

15 September 2012 07:24 wib

Selasa, 11 September 2012

Ijabah


Satu pelajaran yang saya dapat hari ini. Sesuatu yang telah mengobati setiap luka-luka hati kemarin, yang sempat saya adukan pada Izzaty. Tidak menyangka bahwa Ia menjawab segalanya secepat ini. Menitipkan hikmah-Nya di balik lisan seorang teman. Bahwa ternyata saya terlalu jauh dari makna hidup yang Dia berikan. Nyaris melabuhkan segalanya pada cahaya yang menyilaukan. Padahal itu tak abadi. Padahal itu tak sejati.

Saya berjalan terlampau jauh di sahara gersang yang saya cipta sendiri. Kemudian merindukan oase yang tak kunjung terlihat. Saya hampir kehilangan asa ketika itu. Tetapi ternyata utusan-Nya datang membawa segelas air segar untuk saya. Menghapus dahaga sekaligus mendinginkan hati saya. Semuanya sungguh di luar duga dan nalar saya.

Sekarang saya sudah baik-baik saja. Sangat baik malah. Terima kasih Allah, mengijabah doa-doa saya. Saya paham, dia adalah kepanjangan dari Tangan Kuasa-Mu.

10 September 2012 21:57 wib

Senin, 03 September 2012

Yang Ingin Kutemui

Pergilah..
Sejauh yang diperintah hatiku
Aku tidak akan pernah baik jika kamu terus kembali
Bermain-main pada harapan terabsurd dalam hidupku

Jangan pernah berbalik
Teruslah menjauh
Segalanya sudah nyata dan terlampau jelas tuk dijelaskan
Memang kamu yang ingin kutemui
Tapi tidak denganmu..

1 September 2012 22:34 wib