Jumat, 28 November 2014

Miracle


I just have a big hope
And I need Your Big Miracle


Grant Me Strength

 

I trust You
You will give me a rainbow after this storm


Kamis, 27 November 2014

Remove 'im'


It took a lot of wonders to remove the word "im"

63 hari
atau 1524 jam
atau 90.720 menit
atau 5.443.200 detik lagi saya harus menyerahkan enam bundel revisi tesis ke loket 1. Jika tidak, 7 Maret 2014 tidak akan ada perayaan wisuda.

Itu artinya, saya harus melaksanakan ujian tesis paling lambat akhir Desember, dan merevisinya selama Januari. Sedangkan saat ini saya masih ngalor-ngidur berburu tandatangan untuk pengesahan proposal saya.

27112014
Galau

Senin, 10 November 2014

Tadzkirotul Maut


Sore ini saya membatalkan agenda menjemput revisi makalah komprehensif di pembimbing. Memutarbalik Beat merah saya menuju ke arah timur, ke kota kecil tempat kelahiran saya, Kraksaan. Pesan duka yang dikirim adik perempuan saya membuat saya begitu terkejut. Pagi tadi, teman masa kecil saya kehilangan orang yang dicintainya.

Saya memeluknya. Meski tak mampu menyembuhkan luka kehilangan, setidaknya ia tahu bahwa saya 'ada'. Kami baru bertemu seminggu yang lalu. Pertemuan pertama sejak kepulangannya berpetualang di Pegunungan Bintang, Papua. Betapa menyenangkannya mendengar detil cerita pengalamannya di pedalaman itu. Namun, di pertemuan kedua ini, kami bertemu dalam nuansa yang berbeda. 

Dia benar-benar tak bisa menyembunyikan raut sedihnya. Tatapan matanya begitu kosong. Suaranya lirih dan bergetar. Senyum sesekali menghiasi bibirnya, namun hanya formalitas saja. Saya diam, pun juga dia. Percakapan kami tak selancar biasanya. Ada ruang beku yang membatasi kami. Saya hanya memperhatikannya, mencoba membaca dirinya. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dia ceritakan, hanya saja dia terlalu takut untuk sekedar menangis.
"Menangislah, karena itu akan melegakan," dia hanya membalas ucapan saya dengan senyuman. Tisu yang digenggamnya sudah lusuh, tak berbentuk. Sesekali ia menyeka matanya yang basah. Setiap kali ada yang datang, setiap kali ada yang bertanya perihal kehilangan itu, maka bola matanya akan kembali membasah. Saya tahu perasaan itu. Saya pun pernah merasakannya. Bahkan untuk ukuran orang yang belum pernah hadir di dunia sekalipun, saya bisa menangis tersedu. 
"Saya menyesal, karena tak sempat melihat ayah di detik-detik terakhirnya," ujarnya, dengan suara bergetar. Jika dilanjutkan sedikit saja, saya yakin dia bisa menangis bombay. Saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya memilih diam, menepuki pundak dan menggenggam tangannya. 

Kawan, bersabarlah...
Segalanya berputar atas ijin-Nya. Berjalan sesuai kehendak-Nya. Pun, dengan duka ini, Dia tentu telah menuliskannya. Tak seorang pun yang mampu merubahnya. Semoga engkau lekas menemukan hikmah dari setiap ujian-Nya. Amien...
Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu..

10112014

a note for Ecy